Pada tahun 1850, terbit buku karya Charles Darwin “Origin of Species”. Buku ini membahas mengenai asal-usul spesies, kehidupan, perkembangan dan kemusnahannya akibat seleksi alam, dianggap sebagai titik asal teori evolusi. Akibatnya setelah diperbincangkan timbul pro dan kontra, dalam ajaran ini yang disebut “Darwinisme” (faham Darwin) yang katanya menyatakan bahwa manusia merupakan keturunan dari kera. Sebelum makhluk yang bernama manusia mencapai wujud fisik seperti sekarang ini, melewati terlebih dahulu proses panjang dari wujud kera. Menurut yang pro, hal tersebut betul sekali karena jika lihat secara teliti makhluk yang bernama manusia itu persis seperti kera, malahan menurutnya susunan tulangnyapun sama. Sedangkan menurut yang kontra, kera dan manusia diciptakan masing-masing oleh Yang Maha Kuasa, tidak ada hubungannya sama sekali.
Sebagian besar yang kontra menggunakan argumentasi kitab suci agama samawi, utamanya Bibel (Perjanjian Lama) dan Al-Quran. Malahan menurut Al-Quran telah diterangkan mengenai proses penciptaan manusia tersebut sangat jelasnya. Beberapa ayat menjelaskan bagaimana Allah SWT menciptakan manusia dalam beberapa tingkat kejadian (S. Nuh ; 14), dari saripati air yang hina (S. As-Sajdah ; 7-8), dari saripati tanah liat (S. Al-Mu’minun ; 12), dari segumpal darah (S. Al-Alaq : 2). Sehingga tingkatan perubahan (evolusi) manusia itu bukan dari kera menjadi manusia, di alam luar, tetapi dari bahan-bahan yang disebutkan tadi, di alam rahim. Begitulah menurut yang kontra berdasarkan Al-Quran. Malah sebetulnya kera yang asalnya dari manusia, yaitu manusia yang membangkang terhadap aturan Allah SWT, sebagaimana yang dijelaskan dalam S. Al-Baqoroh ; 65. Jadi katanya, teori Darwin tersebut sebetulnya hanya usaha untuk membatalkan Al-Quran saja, dengan jalan memutarbalikkan fakta. Dan secara kebetulan Darwin adalah keturunan orang Yahudi, sedangkan orang yang dikutuk oleh Allah SWT supaya menjadi monyet yang hina tiada lain adalah sebagian dari oknum Bani Israil. Salah seorang diantaranya siapa tahu merupakan moyang Darwin.
Kita simpan dahulu perkara tersebut yang membawa pengaruh besar (baik dan buruk) baik di dunia keilmuan maupun dalam kehidupan sehari-hari, dari dahulu hingga sekarang. Pada tahun-tahun belakangan terbit kembali buku yang membahas teori evolusi yang ditulis oleh Prof. Jared Diamond dari UCLA yang berjudul “The Rise and Fall of The Third Chimpanzee”. Buku ini mendapatkan penghargaan sebagai buku ilmu pengetahuan yang terbaik (Science book of the year) dari perusahaan RhonePoulenc, Inggris. Intisari dari buku ini adalah evolusi manusia, karena jika dibandingkan dengan simpanse (kera yang terbilang paling cerdas) masih juga mempunyai sifat hewaniah, seperti perang, memperkosa, membunuh bayi (infasid), membunuh, rasisme, perzinahan, genocide dan lain-lain.
Jikalau dalam teori evolusi Darwin lebih mengarah kepada masalah fisik, maka teori Prof. Diamond, teorinya akan menjadi mantap sekali, serta bisa diuji dan dikaji oleh ayat-ayat Al-Quran dan Hadits Rasulullah SAW.
Jikalau kiranya Prof. Diamond tidak kokoh untuk meneruskan sisa kerja Darwin, jikalau kiranya membelok kepada petunjuk dari Al-Quranul Karim, penemuannya di atas tentu akan lebih aktual. Lebih sejalan dengan keadaan manusia serta alam dunia abad mutakhir. Sebab di dalam Al-Quran telah dengan jelas diterangkan bahwa manusia diciptakan Allah SWT dalam bangunan yang sangat baik. Hanya oleh karena tidak beriman dan tidak menjalankan amal shaleh, akhirnya dijatuhkan kedalam tempat yang paling bawah (S. At-Tiin : 4-6). Allah menyempurnakan proses penciptaan manusia, menempatkan anggota badannya secara baik sekali, menjadikan susunan tubuh yang seimbang. Bukan hanya mereka tidak menerimakan, malah mengingkari hari pembalasan. Apakah yang membuat manusia ingkar itu ? (S. Al-Infithaar : 6-9).
Sabda dari Allah sudah pasti, manusia diciptakan secara sempurna, hanya manusianya sajalah yang mengingkari nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT, menjelek-jelekan diri sendiri, mengaku-aku bernenek moyang kepada kera, seperti yang telah dilakukan oleh Darwin dan kawan-kawan yang seterusnya diperkuat oleh Prof. Diamond, bahwa manusia masih erat juga hubungannya dengan sifat hewaniah, dari karakter simpanse, ibarat bukti untuk evolusinya yang belum selesai. Massa Allah.
Ahlakul Karimah
Rasulullah SAW diutus untuk mewujudkan ahlakul karimah, akhlak yang mulia. Meluruskan manusia yang raga dan jasadnya telah disempurnakan tetapi jiwa mentalitasnya masih seperti binatang. Rasulullah SAW tidak mengajak umatnya untuk memperbagus badan, mempercantik diri, memakai baju-baju yang bagus, tetapi memerintah dan mengajak agar menjalankan perintah Allah SWT, dan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah SWT,menjauhi segala kejelekan, kerusakan. Sifat jahil (bodoh) yang diberantas oleh Rasulullah SAW, bukanlah bodoh dalam arti tidak bisa membaca dan menulis, tidak tahu akan kesenian dan kebudayaan, tidak tahu akan baju dan tidak dapat berdandan, bukan ….. bukan hal itu. Jahiliyah disana artinya bodoh dalam urusan aqidah, memuja kepada yang tidak perlu dan menyembah kepada yang bukan haknya. Dan juga jahiliyah yang dibasmi oleh Rasulullah SAW bukan hanya jahiliyah dikalangan orang arab saja, tapi jahiliyah di seluruh dunia zaman itu, utamanya di Romawi (sebelah barat) dan Persia (sebelah timur). Jelasnya jahiliyah zaman Pra Rasulullah SAW sedang berkembang. Yang disembah dan dipuja sebangsa materi dari hasil fikiran saja, seperti emas permata, wanita dan tahta. Perang memperebutkan materi dan kehormatan, membunuh manusia utamanya kaum wanita, memusnahkan bangsa lain (genocide) dan lain-lain, berupa perilaku yang paling disenangi oleh kaum jahiliyah saat itu. Malah dalam sastra arab kejadian-kejadian perang juga menjarah bangsa lain itu diabadikan dalam puisi-puisi, dicatat dengan indah, dibuat silsilah dan legenda, terkenal dengan Ayyamul Arab.
Rasulullah diutus supaya menjadi rahmat untuk seluruh alam, agar supaya derajat manusia yang telah jatuh kedalam jurang dasarnya, dapat diangkat kembali, dengan jalan membangunkan kemuliaan akhlak.
Bukti Haqqul Islam
Secara positif, teori Prof. Diamond dapat diambil hikmahnya. Penemuannya pada saat ini dimana sifat manusia belum berubah dari sifat hewan, ternyata berupa bukti bahwa ajaran Islam, ajaran Al-Quran, seratus persen benar. Dalam Al-Quran beberapa kali dicontohkan mengenai umat manusia zaman dahulu kala yang dianugerahi nikmat yang luar biasa oleh Allah SWT, harus dibinasakan setelah kenikmatannya ditukar dengan kemaksiatan, setelah kemanusiaannya digadaikan kepada kehinaan hewan. Kaum ‘Ad yang telah mampu membangun kota pencakar langit Iram, kaum Tsamud yang memahat bebatuan gunung untuk menghiasi kota Wadil Qura, Firaun yang mempunyai benteng-benteng yang kuat (piramid) serta pasukan yang besar dan kuat. Begitu juga dengan kaum Madyan ahli perekonomian, kaum Saba ahli pengairan, Romawi yang pahlawan-pahlawannya unggul, Persia dengan kebudayaannya yang bagus, setelah mengingkari nikmat Allah SWT terus menyombongkan hawa nafsu, terpaksa harus menerima derajat hina, dibinasakan oleh Allah SWT dikarenakan dosa-dosanya, untuk diganti oleh umat yang lainnya. (S. Al-An’am : 6).
Manusia abad 20 yang oleh Prof. Diamond disinyalir belum sempurna evolusinya, masih juga mempunyai ge-gen hewaniah, hanya berupa foto copy dari umat sebelumnya yang disebutkan terdahulu. Manusia seperti itu nantinya akan digantikan oleh manusia lain yang mempunyai tanggung jawab kepada dirinya pribadi, kepada keluarganya, kepada masyarakatnya, kepada khaliknya. Manusia yang telah sadar kepada kewajibannya karena telah di muliakan oleh Allah SWT.
“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan”. (QS. Al Isra : 70)
Yaitu manusia yang sadar, bahwa meskipun mempunyai sifat jelek, seperti dzalim dan ingkar (S. Ibrahim : 34), melebihi batas dikarenakan merasa paling baik (S. Al-‘Alaq 6-7) berada dalam kerugian (S. Al-Ashr 2), terus menerus melakukan kemaksiatan (Al-Qiyamah : 6), ingkar dan tidak berterimakasih kepada Allah SWT (Al-Adiyat : 6), mempunyai alat untuk menanggulanginya yaitu keimanan, keadilan, kebenaran, kesucian, amal shaleh dll.
Yaitu manusia yang sadar kepada sifat jeleknya, terus berusaha untuk menanggulanginya dengan jalan mendekatkan diri kepada Allah SWT, yang akan mendapatkan bagian semua yang ada di langit (S. Luqman : 20) dan seluruh yang ada di bumi (S. Al-Haj : 65). Manusia abad 20 memang mulai mampu menguasai sisa pekerjaan tersebut yang dikubrakan oleh Allah SWT, tetapi apakah mereka itu termasuk ahlul Quran atau ahlul Qirdun ?.
H. Usep Romli HM. Teori evolusi jeung kaimanan, Galura, Minggu iii, Agustus 1992, Shafar 1413 H, hal : 7
Nungtut elmu nyucruk panemu, nyuprih pangarti ngala kabisa, keur miceun katuna.
Friday, July 27, 2007
TEORI EVOLUSI DAN KEIMANAN
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment